SOSIALISASI TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) PADA PELATIHAN KADER PTM

  • Suparni Suparni STIKes Dharma Husada, Bandung
  • Yeni Mahwati STIKes Dharma Husada, Bandung
  • Siti Sugih Hartiningsih STIKes Dharma Husada, Bandung
  • Winara Gorta STIKes Dharma Husada, Bandung
  • Sarah Ayu Tereza STIKes Dharma Husada, Bandung
  • Natsya Putri Mardani STIKes Dharma Husada, Bandung
  • Novita Alfiani STIKes Dharma Husada, Bandung

Abstract

Penyakit Tidak Menular (PTM) terutama penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes adalah pembunuh terbesar didunia dengan 35 juta kematian setiap tahun dan merupakan penyebab dari sekitar 60% kematian global. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Prevalensi kanker berdasarkan diagnosis dokter naik dari 1,4 permil (2013) menjadi 1,8 pemil (2018), lebih tinggi pada perempuan (2,9 permil) dibandingkan pada laki-laki (0,7 permil) (Kemenkes RI, 2019b).

Prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat anti hipertensi pada penduduk umur ?18 Tahun menurut Provinsi, Jawa Barat 9.67% dan 9.97% di atas angka nasional 8.36 % dan 8.84% (Kemenkes RI, 2019b).

Berdasarkan hasil pendatan yang dilakukan pada kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, ditemukan permasalahan yaitu cukup tingginya angka kejadian hipertensi. Selain itu jumlah kader terlatih sebagai ujung tombak upaya skrining PTM masih sangat sedikit. Dosen dan mahasiswa Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat melaksanakan kegiatan berupa pelatihan kader PTM untuk mendukung upaya pencegahan dan pengendalian PTM. Pelatihan dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Februari 2020. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan kader mengenai PTM mengalami peningkatan setelah dilakukan pelatihan.Nilai minimum pengetahuan sebelum pelatihan adalah 9 dan nilai maksimum adalah 15 dengan nilai rata-rata sebesar 12,08 dan standar deviasi 2,253. sedangkan nilai minimum pengetahuan setelah dilakukan pelatihan adalah Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,014 < 0,05. dengan demikian dapat disimpulkan adanya perbedaan bermakna rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan.

Kader PTM telah dapat melakukan pemeriksaan kesehatan terkait dengan upaya skrining PTM. Kader terlatih ini diharapkan menjadi penggerak posbindu yang belum berjalan secara optimal. Diharapkan seluruh stakeholder (pemerintah desa setempat, Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan STIKes Dharma Hsuada Bandung dapat terus memberikan dukungan kebijakan, sarana dan prasarana agar upaya pencegahan dan pengendalian PTM terus dapat dilakukan.

References

Kemenkes RI. (2012). Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-ptm.pdf
Kemenkes RI. (2019a). Buku Pintar Kader Posbindu (Jakarta). P2PTM KemkesRI.
Kemenkes RI. (2019b). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Lembaga Penerbit Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB). https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Kemenkes RI. (2019c). Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). DirjenP3L, DIrektorat Pengendalian PTM.
MRL, A., Jaya, I. M. M., & Mahendra, D. (2019). Buku Ajar Promosi Kesehatan. Prodi Diploma Tiga Keperawatan, Universitas Kristen Indonesia.
WHO. (2011). Global Status Reporton Non Communicable Diseases 2010. WHO.
Published
2022-05-17
How to Cite
Suparni, S., Mahwati, Y., Hartiningsih, S. S., Gorta, W., Ayu Tereza, S., Putri Mardani, N., & Alfiani, N. (2022). SOSIALISASI TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) PADA PELATIHAN KADER PTM. Abdi Masada, 3(1), 69-74. https://doi.org/https://doi.org/10.38037/am.v3i1.56
Section
Articles